Senin, 08 Agustus 2016

Pusing, Sedih, Penat

Pusing. Sedih. Penat.

Itu yang saya rasakan 6 bulan terakhir. Banyak yang harus saya selesaikan.

Rumah. Kantor. Kampung.

Rumah, ada mimpi kami berdua yang belum tercapai. kemarin mimpi itu sudah mengetuk di depan pintu rumah kami. Namun, mimpi itu hanya singgah selama 7 minggu. Gusti Allah belum mengijinkan mimpi itu tinggal bersama kami. Belum rejeki. Kami berdua akan berusaha dan berdoa lebih baik lagi kedepannya.
Amazingly, ada beberapa orang yang ngga akan mengerti posisi kami. Terus mendera kami dengan tambahan ini itu. Kami butuh ketenangan, bukan yang lainnya.

Kantor, tempat saya mencari nafkah dan mengabdi kini semakin keropos. Bermimpi ingin menjadi besar, alih-alih pihak internal malah ingin menjadi kecil. Banyak kelemahan-kelemahan yang memang nyata, namun mereka sulit sekali mengakuinya. Saya ulangi lagi, SULIT SEKALI MENGAKUINYA. Saya ngga tahu kenapa.
Saya terus terang capek. Saya capek sekali. Posisi saya adalah staff, namun diberikan tanggung jawab yang menurut saya tidak semestinya diberikan kepada staff. Dan ketika saya ditanya, apakah saya mau? Jawaban saya belum mau. Saya seharusnya bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi saya.

Sempat terpikir mencari jalan lain, tapi hal ini menjadi faktor penghambat kami menuju mimpi kami di rumah.

Kampung, memang terkait sama kesehatan Ibu. Saya ingin berada disisi Mamah. Menemani beliau berobat dan terapi. Apa daya memang saya dan ibu berbeda kota. Saya di ibukota, Mamah di kota kecil di pinggir Semarang. Lebaran haji ini saya akan pulang. Memanfaatkan waktu bersama dengan beliau.

Ah, sudahlah. Celoteh saya ini ngga ada gunanya.

Jakarta,
9 Agustus 2016

Saya yang masih merasa sedih, pusing dan penat.

Kamis, 11 Juni 2015

Ngga akan habis


"Buat Papah dan Mamah.."

Jumat, 22 Mei 2015

Post Study - Reverse Culture

Sudah hampir enam bulan sudah saya kembali ke Indonesia. Tepatnya kembali ke Jakarta dengan segala kesibukan dan hiruk pikuknya.

Reverse culture shock. Ya, Reverse culture shock! Kata-kata itu dulu terdengar sepele di telinga saya. Itu seperti "Ah itu apaan sih, ngga penting.." atau "paling gitu-gitu ajah". But you know, ternyata itu berat bos. bikin stress berkepanjangan! dan capek banget. Tanpa disadari saya ini mengumpat tiada henti terhadap hal-hal yang seharusnya tidak terjadi (dan tidak biasa terjadi di Belanda). Hal-hal kecil menjadi hal yang bikin kesel banget. Misalnya liat orang buang sampah sembarangan, parkir sembarangan, angkot ngetem, nyetir lambat, motor ngawur, urusan sama tetangga, dll. Hal itu semua tanpa saya sadari bikin saya stress dan capek. Saya menggerutu tiap hari, terutama kalo nyetir mobil. Capek!

Reverse culture thing ini diperparah oleh keadaan politik negeri ini. Sayangnya saya kembali ketika rezim baru mulai memerintah. Kadang saya berharap saya ngga ngerti apa-apa daripada saya ngerti tapi bikin saya gedheg! Sayangnya saya sedikit banyak belajar tentang Governance, Policy and Political Economy yang which is bikin eneg ketika saya membaca berita di koran atau denger selentingan dari kawan atau senior tentang rezim sekarang.

Suatu saat, ketika sudah mulai meledak, beberapa kawan mengingatkan saya akan pentingnya "ketenangan". Terlalu banyak tahu dan terlalu banyak mendengar juga ngga terlalu bagus. Both buat kesehatan fisik maupun mental. Capek Bos! Lebih jauh temen temen saya sampai menyarankan membaca majalah Trub*s saja, instead of membaca majalah yang 'berat' seperti majalah Tem*o. Bloody!

But anyway, ada benernya juga. Ngga ada yang tanggung jawab sama kesehatan saya selain diri saya sendiri dan istri tentunya.

Kata orang, efek reverse ini bakal berakhir kira-kira selama 6 bulan. Lama ya. Mungkin bagi saya lebih lama soalnya ini udah 6 bulan dan masih aja sering bete kalo ngeliat sesuatu yang janggal.

But anyway saya udah mulai ngga peduli sama politik negeri ini. Sucks!

Saya lakukan apa yang saya bisa lewat kantor saya tercinta. No more 'What and Why" things but rather 'How To' things.. It might be better...

Kawasan Menteng di tengah hari yang panas.

Saya yang kecapekan setelah menempuh perjalanan panjang dalam waktu seminggu.

Selasa, 11 Februari 2014

Perubahan

key
pic by me

Kalo mendengar kata "perubahan", yang saya inget ya pepatah yang sangat terkenal itu "..Ngga ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri..". Dan saya pikir itu benar, dan hal tersebut benar benar terjadi di dalam hidup saya. Alkisah saya mempunyai beberapa orang, eh, bukan beberapa orang, tetapi sekumpulan kawan akrab semasa kuliah. Saya tidak berani mengganti term "kawan akrab" dengan "sahabat", karena bisa aja saya menganggap mereka sahabat, tapi mereka belum tentu menganggap saya sebagai sahabat mereka. Tiga tahun belakangan ini, saya sadar, saya merasa semakin jauh dari mereka. Jujur saja, kehadiran mereka membawa perubahan di dalam cara saya memandang kehidupan saya waktu kuliah. Agak sedih sih sebenernya. Sebagian dari mereka memutuskan diri menghilang. Entah menghilang atau bersembunyi dari saya. Sebagian lagi sibuk atau menyibukkan diri. Mungkin hampir semua dari mereka udah engga nyambung kalo ngobrol. Serius.
Saya tidak tahu apa yang terjadi, satu hal yang menjelaskan semua ini adalah perubahan itu sendiri. Semua hal berubah, entah ke arah yang benar atau tidak itu relatif. Tapi itu bukan urusan saya. Mungkin yang terjadi adalah dulu ketika kami masih sering bercengkerama dan ngobrol bersama, saya masih di di versi 1.0. Sedangkan software saya sekarang sudah menjadi 3.0. Atau SEBALIKNYA! Saya yang masih di versi 1.0, dan kawan-kawan sudah menjadi versi 3.0. Ah, entahlah...
Terus terang saya sedih. But life goes on. Kata temen "..ngga usah lebay..".
Lagian KUNCI dalam hubungan apapun itu adalah harus dua arah, timbal balik. Kalo satu arah sama aja ngomong sama tembok. Semakin lama saya semakin males memulai duluan, lagipula reaksi yang saya dapat bukanlah reaksi positif dari mereka.
But anyway, good or bad, saya masih menganggap mereka kawan... Kawan akrab... Kawan akrab yang berjasa merubah cara saya memandang hidup..

Dorus Rijkersplein 27, Den Haag, 11 February 2014


Saya dan sebungkus Doritos rasa keju


Rabu, 08 Januari 2014

Diingatkan Kembali

"...mencari..."
pic by me

Jumat, selepas beribadah, saya disempatkan makan bareng bersama kolega satu kampus di Belanda. Saya mengiyakan ajakannya, karena saya ingin melepas penat dan nongkrong sambil makan masakan tradisional Indonesia di Den Haag. Ya, masakan yang di Indonesia adalah masakan rumahan dan masakan pinggiran, ketika di Belanda menjadi masakan yang mewah. Kebalikannya, fast food seperti burger, pizza, dan semacamnya disini menjadi makanan kelas dua. Setelah kami sampai di tempat makan, kami lalu ngobrol banyak seputar kehidupan kampus. Lalu saya bercerita dengan kawan saya tersebut, bahwa saya sedang homesick berat. Saya sedang kangen Indonesia sekali, seperti di post saya sebelumnya. Seketika itu teman saya menimpali dengan kalimat yang membuat saya berfikir, "berarti kamu mempunyai hidup yang bahagia di Indonesia..". Saya tertegun. Diam. Saya pikir benar juga apa yang dikatakan kawan saya, jika kamu kangen hidup di Indonesia, berarti kehidupan saya di Indonesia itu menyenangkan. Seketika itu saya mengucap syukur. Saya masih diingatkan untuk bersyukur. Memang benar kata pepatah, "kamu ngga akan pernah mengerti kata bersyukur, sampai kamu kehilangan..".


Den Haag, beberapa jam setelah ujian term 1b.


Saya yang merindukan hidup yang indah di Indonesia.


Sabtu, 04 Januari 2014

Lontara at KBRI Den Haag

Lontara..
Ya, Lontara...
Pertama kali saya bingung ketika mendengar nama itu. Saat itu ada semacam pertunjukan yang dihelat di KBRI di Den Haag. Saya dan istri memang penasaran dan bermaksud datang untuk melihat.

Ternyata Lontara itu kepanjangan dari La Galigo for Nusantara. La Galigo sendiri adalah naskah epic terpanjang di dunia yang berasal dari Sulawesi. Kabarnya lebih panjang daripada Negarakertagama atau Mahabarata. Yah kalian bisa browsing lah.

Yang jelas saya salut sama mereka. Sekumpulan anak muda yang berasal dari berbagai Universitas, berkumpul karena mereka tergerak untuk mempromosikan budaya tradisional Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Bravo. Semoga sukses untuk Lontara.

Ini sebagian dari foto pertunjukan malam itu. Walaupun agak grainy dan underexposure, tapi lumayan lah.
























Selasa, 24 Desember 2013

Rindu Indonesia

Hhmmm...

Menjelang akhir bulan Desember 2013, udah mau tahun baru lagi. Malam ini, sambil menyeruput teh jasmine hangat, saya tersadar, sudah hampir 4 bulan saya hidup di negeri orang. Ya, saya dan istri saya sedang berada di perantauan demi ilmu. Kami berdua adalah mahasiswa Master di International Institute of Social Studies of Erasmus University Rotterdam. Kami berdua juga mengambil jurusan yang sama, yaitu Governance, Policy and Political Economy.

Saya juga sadar, betapa saat ini saya sangat merindukan Indonesia, merindukan Semarang, merindukan Jagakarsa (bukan Jakarta), merindukan makanan Indonesia, merindukan segala kemudahan yang ada disana. Saya rindu bercengkerama dengan keluarga besar. Saya rindu bersantai di pinggir kali sambil melihat ikan koi berseliweran dengan indahnya. Rindu minum kopi susu ABC favorit saya, yang susah sekali didapatkan disini. Rindu mengotak atik mesin motor. Rindu cuaca hangat. Saya rindu.

Saya merindukan Indonesia.....
Cuaca satu digit ini membuat saya sangat merindukan Indonesia...

Dorus Rijkersplein 27, Den Haag, 24 Desember 2013


Saya dan istri

Rabu, 10 Juli 2013

Email Istimewa

............

Hari itu, Jum'at, tanggal 10 Mei 2013.
Kami berdua sedang di Semarang, berobat dan mengunjungi orang tua dan keluarga kami. Pagi itu seperti biasa, Mamah membangunkan kami dengan suara khasnya, dan jelas, tercium aroma masakan mamah yang tak tergantikan di dalam hidup saya. Papah selalu sibuk dengan komputer dan pekerjaannya yang "baru", senang melihat beliau mempunyai kesibukan yang sesuai dengan passion nya. Seperti biasa, setelah basuh muka, saya mulai mengecek handphone dan tablet saya. Beberapa menit setelah itu, terdengar handphone saya berteriak memberitahu ada panggilan masuk. Ternyata yang menelpon adalah Mas Gama dari kantor Neso Indonesia, dan dia memberitahu untuk segera mengecek email saya. Ngga lupa dia juga mengingatkan saya untuk memberitahu istri untuk mengecek email masuk.
Maklum lah, saya dan istri selalu deg-deg an ketika ada berita email masuk. Ketika itu, kami sedang menunggu email pengumuman beasiswa StuNed, sebuah email yang akan mengubah jalan hidup kami kedepannya. Akhirnya kami berdua membuka email tersebut. Ternyata email yang dimaksud masuk ke folder Spam, alhamdulillah masih kebaca emailnya dan belom terhapus. Kami berdua terhenyak dan terdiam sekitar 3 detik and you know what!? kami berdua keterima!! Cuma satu kata yang terus meluncur dari mulut kami tanpa henti, Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah...

Dengan perasaan gembira dan setengah tidak percaya, kami turun ke lantai 1, dan memberitahu Papah Mamah. Mereka senang, dan rasanya senang bukan kepalang ketika bisa membuat kedua orang tua bangga. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Rencananya kami berdua akan belajar lagi di International Institute of Social Studies (ISS) of Erasmus University Rotterdam. Kampus ISS ada di kota Den Haag, beberapa orang menyebutnya dengan The Hague. Kami akan mengambil Master of Art (MA) in Development Studies dengan jurusan Governance, Policy, and Political Economy (GPPE).

Mohon doanya.
Berangkat ke Belanda adalah impian kami berdua.




Minggu, 03 Maret 2013

Ngga Sempet Hunting...

Sebenernya pengen ngepost banyak, apa daya ngga pernah hunting lagi. Si 60D sekarang kebanyakan nganggur di dry box. Sebenernya ada juga sih isi memory cardnya, tapi belom sempet ngedit juga, maklum, sehari cuma 24 jam.
Setelah lihat-lihat foto di blog, rasanya kangen pengen hunting foto lagi. cuma emang susah, partner hunting fotonya  udah pada sibuk, ada yang sekolah ke Amerika, Jepang, ada yang udah vakum, ada juga yang sibuk sama klub fotonya. Yasudahlah.
Iseng-iseng deh, daripada ngga ada yang diupload, mendingan upload foto dari Blackberry 8520 saya yang serba sederhana dan terbatas itu. Hehehe..
Maaf ya, ini foto-fotonya random banget. Tapi punya kenangan tersendiri buat saya. Enjoy!


Dream Theater Concert
dream come true, see Dream Theater with my own eyes!

Meja kerja saya yang lama

 Terminal kedatangan


 Warung kenangan Pasar Cihapit, Bandung


 Segelas es teh

 Seafood HDL Cilaki, Bandung

Tiger Item, menemani sejak tahun 2001 (12 tahun boi!)

Salah satu teras restoran hotel di daerah Sabang

 Sereal jadi makanan wajib kalo nginep di hotel

Pemandangan sawah di Tanah Datar, Bukittinggi, Sumatra Barat

Salah satu potret keberhasilan PNPM di Sumatra Barat

Menara Jam Gadang, Bukittinggi

 Gulai Itiak Lado Mudo, Bukittinggi

Tanbusu, makanan tradisional padang, berupa usus sapi yang diisi telur, dimasak gulai khas padang

Batu di air terjun Lembah Anai, Padang, Sumatra Barat

Rujak Medan yang legendaris di ITC Mangga Dua, Favorit Orang Tua Saya

 Restoran di Royal Safari Garden Hotel Puncak

Welcome To Jogja!

Ramen Time!

Senggigi Beach: Nongkrong di teras kamar

 Senggigi Beach: Hmmm...

Senggigi Beach: Sunrise? Sunset? atau Snorkling?

 Senggigi Beach:ombak yang tenang

Senggigi Beach: Santai di Pantai

Gunung Nona, Perjalanan menuju Rantepao, Toraja
Note: nama gunung nona berasal dari bentuk gunung yang menyerupai (maaf) kelamin wanita.. Perhatiin deh... :P

Losari Beach, Makassar at night

Kelompok Tani Cokelat yang berhasil di Polewali Mandar

Tepar masuk Rumah Sakit gara-gara Tipes, Kecapekan!

Just another Traffic Jam in Jakarta

 Menjemput Istri yang baru aja pulang dari Amrik

Pohon Kamboja Favorit saya di Boarding Lounge

Mangut Belut Semarang, Dahsyat Pedesnya!

The Encyclopedia of Religion, serinya ada banyak.. Kalo mau baca, main aja ke perpus kantor saya.. 

Mercure Kuta Beach Hotel, Bali

Beach Walk Kuta, Bali

Hunting lukisan di Bali, akhirnya dapet juga!

Beach Walk Kuta, Bali: Another view

Perlintasan kereta, salah satu titik rawan di jalanan Jakarta. Banyak orang mati disana.

Salah satu tanda di Kampus FIB, Universitas Indonesia

Poolside Hotel Bumi Tapos, Bogor

Yoghurt Cisangkuy, Bandung
Mengenang masa lalu

Bajaj Speed Demon! Serem Abis!


Nasi Uduk Pecel Lele di Pengadegan